Pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran resmi mengenai libur Ramadhan 2025, yang memutuskan bahwa libur bulan suci tidak akan berlangsung selama sebulan penuh.
Surat Edaran tersebut diterbitkan dalam bentuk Surat Edaran Bersama 3 Menteri (SEB 3 Menteri) pada Selasa, 21 Januari 2025. Surat edaran ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti, Menteri Agama Nasaruddin, serta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
SEB 3 Menteri Nomor 2 Tahun 2025 dan Nomor 400.1/320/SJ, yang mengatur pembelajaran pada bulan Ramadhan 1446/2025, menetapkan rincian mengenai jadwal libur Ramadhan, waktu masuk sekolah, serta libur selama perayaan Idul Fitri.
Melansir dari mediaindonesia.com, berdasarkan Surat Edaran Libur Ramadhan 2025, siswa tetap akan melaksanakan kegiatan belajar di sekolah dengan beberapa penyesuaian. Berikut adalah rincian mengenai jadwal masuk dan libur sekolah selama bulan puasa Ramadhan serta perayaan Idul Fitri 2025:
1. Libur Awal Ramadhan
Siswa akan libur untuk belajar mandiri di rumah pada awal Ramadan, yaitu pada tanggal 27 Februari 2025 sampai 5 MAret 2025.
Selama periode ini, siswa tetap melaksanakan pembelajaran secara mandiri sesuai dengan penugasan dari sekolah atau madrasah.
2. Kegiatan Belajar di Sekolah
Setelah libur awal Ramadan, kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung kembali pada 6 Maret hingga 25 Maret 2025
Selama dua minggu tersebut, siswa mengikuti pembelajaran di sekolah dengan penyesuaian jam belajar dengan kondisi bulan puasa.
3. Libur Menjelang Idul Fitri
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, siswa mendapatkan libur pada tanggal 26 Maret hingga 28 Maret 2025.
Selain itu, cuti bersama Idul Fitri ditetapkan pada 2 April hingga 8 April 2025.
4. Kembali Masuk Sekolah
Kegiatan pembelajaran di sekolah akan dimulai kembali pada 9 April 2025
Para siswa akan mendapatkan jadwal libur yang cukup panjang, namun pemerintah pusat tetap menginstruksikan agar Pemerintah Daerah (Pemda) dan Dinas Pendidikan (Disdik) menyelenggarakan pembelajaran secara mandiri.
Pembelajaran mandiri ini bertujuan agar siswa tetap dapat melanjutkan proses belajar melalui tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah.
Siswa juga diperbolehkan untuk melaksanakan pembelajaran mandiri di lingkungan keluarga, tempat ibadah, atau di masyarakat sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh masing-masing sekolah.
“Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara mandiri di lingkungan keluarga, tempat ibadah, dan masyarakat sesuai penugasan dari sekolah/madrasah/satuan pendidikan keagamaan,” tertulis dalam SEB.
baca info menarik lainnya di umj.ac.id