Pada artikel 22 Kader Muhammadiyah Bergelar Pahlawan Nasional Bagian 1 dan 2, kita sudah dapat melihat sedikit profil dan jasa kader Muhammadiyah dalam memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia di berbagai bidang.
Mari kita mengenal kader Muhammadiyah lainnya yang bergelar Pahlawan Nasional. Melansir suaramuhammadiyah.id, terdapat 22 kader Muhammadiyah yang menerima gelar pahlawan nasional.
15. Andi Sulthan Daeng Radja
Nama Andi Sulthan Daeng Radja tidak asing bagi masyarakat Bulukumba. Bukan sekadar nama Rumah Sakit Daerah, Andi Sulthan Daeng Radja merupakan salah satu pelaku sejarah Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam.
Putra Bulukumba ini menjadi peserta Kongres Pemuda pada 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Jelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ia bersama Ratulangi dan Andi Pangerang Pettarani ditunjuk sebagai perwakilan dari Sulawesi Selatan untuk mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta.
Ia mengusulkan pembentukan PPNI (Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia) sebagai wadah mengumpulkan pemuda untuk mengamankan dan membela kemerdekaan Indonesia. Ia mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK No. 085/TK/Tahun 2006 pada 3 November 2006.
Orang-orang juga mengenangnya sebagai aktivis Muhammadiyah yang mendirikan masjid di Ponre. Pada zamannya masjid itu dikenal sebagai masjid terbesar di Sulawesi Selatan. Ia pernah dibuang tentara NICA ke Manado hingga 8 Januari 1950.
16. Teuku H. Moehammad Hasan
Masyarakat Sumatera mengenang Teuku H. Moehammad Hasan sebagai Gubernur Sumatera pertama dan satu-satunya. Saat kedaulatan RI dalam masa kritis, ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Tak hanya itu, pada saat yang sama ia merangkap sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri. Anggota PPKI ini adalah motor penggerak dan pelopor pendirian cabang-cabang Muhammadiyah serta ortom-ortomnya di wilayah Aceh.
Teuku H. Moehammad Hasan mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK 085/TK/2006 Tanggal 3 November 2006.
17. Hamka (H Abdul Malik Karim Amrullah)
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab di telinga masyarakat dengan sapaan Hamka ini adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia pertama. Bukan hanya sebagai ulama, ia dikenal masyarakat luas sebagai sastrawan sekaligus aktivis politik yang sangat disegani.
Ia adalah orang kedua setelah Presiden Soekarno yang menerima gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar.
Di Muhammadiyah Hamka tercatat sebagai Ketua Muhammadiyah Padang Panjang, Konsul Muhamadiyah Makassar dan penasehat PP Muhammadiyah. Nama Hamka juga diabadikan sebagai nama Perguruan Tinggi Muhamadiyah di Jakarta.
Penulis novel tenggelamnya kapal Van Der Wijk ini dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional dengan SK Nomor 113/TK/Tahun 2011 Tanggal 7 November 2011.
Pada 2023 dan 2024, film tentang Hamka diluncurkan dan menjadi salah satu film sejarah yang diminati masyarakat. Tafsir Al-Azhar yang ditulis olehnya menjadi referensi bagi umat muslim dalam belajar agama.
18. Ki Bagus Hadikusumo
Ketua Umum PB Muhamamdiyah yang mengantikan Mas Mansur ini merupakan tokoh kunci tercapainya kesepakatan besar penyelamatan negara. Ia berperan dalam kompromi penghapusan 7 Kata Piagam Jakarta.
Perumus redaksi sila pertama Pancasila memperoleh gelar Pahlawan Nasional melalui SK Nomor 116/TK/Tahun 2015 tanggal 4 November 2015
19. Lafran Pane
Lafran Pane adalah pejuang kemerdekaan dalam Barisan Pemuda Gerindo dan Indonesia Muda. Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini merupakan santri di Pesantren Muhammadiyah Sipirok.
Ia juga tercatat sebagai siswa di HIS Muhammadiyah dan MULO Muhammadiyah. Ayahnya adalah pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Lafran Pane membawa HMI sebagai pendukung ideologi Pancasila yang menolak gagasan pembentukan Negara Islam yang merupakan gagasan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta ini mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK 115 / TK / Tahun 2017 Tanggal 6 November 2017.
20. Abdurahman Baswedan
Salah satu muballigh Muhammadiyah sejak masa Mas Mansur jadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. Orang-orang akrab menyapanya dengan sapaan AR Baswedan. Mas Mansur sering memintanya mengisi ceramah di acara Muhammadiyah.
Dalam album foto Muhammadiyah, ada beberapa nama dari keluarga Baswedan yang gambarnya terekam di sana.
AR Baswedan juga tercatat sebagai pengasuh Kolom di harian Mercusuar, Surat kabar Umum Milik Muhammadiyah. Anggota BPUPKI ini merupakan inisiator Kongres Peranakan Arab pada tahun 1943 kemudian memimpin Partai Arab Indonesia PAI.
Selain itu, ia pernah menjadi anggota dalam misi diplomasi RI ke negara Arab dan Mesir. Pasca kemerdekaan RI pada 1945, ia bergabung ke Partai Masyumi dan menjadi Menteri Muda Penerangan Kabinet Sjahrir Kedua.
Ia mewakili Masyumi dalam Parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstituante hasil Pemilu 1955. Kakek dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK Nomor 123/TK/Tahun 2018 Tanggal 6 November 2018.
21. Kasman Singodimejo
Nama yang diabadikan menjadi nama auditorium di Gedung FISIP UMJ ini merupakan kader Muhammadiyah yang turut berjuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang menjadi cikal bakal DPR RI ini merupakan pelopor pembentukan Tentara Keamanan Rakyat serta seorang Pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Pada masa perumusan dasar negara, Wakil Ketua PP Muhammadiyah ini menjadi tokoh kunci Kesepakatan perubahan Sila Pertama Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa (YME).
Tokoh yang pernah menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK nomor 123/TK/Tahun 2018 Tanggal 6 November 2018.
22. Abdul Kahar Mudzakkir
Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 1942 -1962 ini adalah salah satu dari sembilan anggota Panitia Kecil yang menentukan dasar negara Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan, Abdul Kahar Mudzakkir aktif menggalang dukungan dunia luar untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Pengakuan dari Mesir pada 18 November 1946 menjadi salah satu keberhasilannya. Rektor pertama Universitas Islam Indonesia ini mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui SK 120/TK/2019 Tanggal 7 November 2019.
Penulis : Dinar Meidiana
Editor : Dian Fauzalia