Menjadi Guru Profesional dengan Pendidikan Berdiferensiasi

Oleh :
Kholifatul Husna
Kegiatan Seminar Lokakarya Nasional dengan mengusung tema “Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi” via Zoom Cloud, pada Kamis (26/1).

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah mendorong guru lebih kreatif ketika menyajikan materi pembelajaran. Kreatifitas ini terkadang muncul karena masalah yang ditemui ketika memberikan materi pembelajaran. Salah satunya adalah masalah siswa yang kurang menunjukkan minat pada mata pelajaran yang sedang diajarkan. Metode pembelajaran berdiferensiasi dapat jadi solusi alternatif ketika guru terhambat masalah tersebut.

Maka dari itu, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIP UMJ) menggelar seminar Lokakarya Nasional dengan mengusung tema “Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi” via Zoom Cloud, pada Kamis (26/1).

Kegiatan lokakarya yang dirancang oleh mahasiswa PPG Gelombang dua menghadirkan Prof. Dr. Herwina Bahar, MA. sebagai pembicara utama, serta Imas Rommawati, M.Pd., sebagai guru penggerak, Raudhatul Jannah, M.M., M.Pd., sebagai guru multicultural, dan Bagas Dwi Ajarwanto, S.Pd. sebagai guru inklusi.

Dekan FIP UMJ Iswan, M.Si. mengatakan bahwa mahasiswa program studi PPG Pra Jabatan memerlukan pembelajaran diferensiasi. Lebih lanjut, Iswan juga menjelaskan pembelajaran merdeka belajar dengan diferensiasi ini merupakan salah satu bentuk kebijakan Kemendikbud sejak mengeluarkan kurikulum merdeka belajar oleh karena itu transformasi pendidikan memerlukan sumber daya manusia untuk menjadi seorang guru yang sesuai nilai-nilai Pancasila. Merdeka belajar atau pendidikan yang memerdekakan pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

“Nah ini yang tentunya pembelajaran ini sudah dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Sekarang pertanyaannya adalah apakah kita sebagai pendidik, guru, sudah siap untuk memulainya kembali? Dan tentunya semua jawaban tersebut ada pada bapak/ibu masing-masing.” terang Iswan

Hal serupa pun disampaikan oleh Herwina Bahar bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal, yang nantinya akan diambil. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid. Bukan pula pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Herwina menjabarkan ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain, lingkungan belajar untuk mengundang murid dalam belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.

Sementara itu Imas Rommawati, guru penggerak SMPN 2 Ciwaringin Kab. Cirebon menjelaskan tentang bagaimana cara mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi yakni dengan mengetahui tentang latar belakang peserta didik, melalui pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan peserta didik. Imas juga menjelaskan tentang bagaimana seorang guru perlu mengetahui strategi diferensiasi dengan menggunakan informasi tentang kesiapan, minat, serta profil untuk membantu dalam proses pembelajaran peserta didik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif.

Bagas Dwi Ajarwanto guru Inklusi SDN Cipete 4 Kota Tangsel juga menjelaskan terkait pentingnya seorang guru mengetahui pendidikan inklusif. Suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang terbuka bagi siapa saja, dengan latar belakang yang berbeda, serta kondisi yang berbeda pula. Maka, dari itu pendidikan inklusi sangat diperlukan oleh anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau keterbatasan.

Sedangkan Raudatul Jannah guru Multikultural Singapore Intercultural School South Jakarta (SIS SJ) menyampaikan bahwa Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menanamkan pentingnya menghargai heterogenitas, baik suku, budaya, etnis, dan sebagainya. Pendidikan ini termasuk pendidikan yang penting untuk diterapkan sejak dini pada anak-anak agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang toleransi terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural bisa diberikan secara langsung oleh sekolah melalui guru maupun diterapkan oleh orang tua di rumah.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif dimana guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan jalannya. (KH/KSU)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/